Ragam Ide dan Teknologi Batalkan Bencana Jakarta Tenggelam

Jakarta diprediksi bakal tenggelam pada 2030.

Jurnal NYCNews | Ragam Ide dan Teknologi Batalkan Bencana Jakarta Tenggelam

Jakarta, NYCNews.id – Heri Andreas, dosen Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan sederet teknologi ideal untuk meredam Jakarta tenggelam.

Ia mengatakan pembangunan tanggul di pesisir pantai menjadi teknologi yang dinilai paling terukur untuk menanggulangi bencana tersebut.

Bacaan Lainnya

Namun tak sekadar membangun tanggul saja, membuat drainase sistem polder untuk mendistribusikan air yang ada di darat ke laut juga dinilai penting.

“Tanggul itu harus disertai sistem polder, kenapa? Karena nanti air yang dari hujan kan tidak bisa ke laut kalau lautnya ditanggul,” ujar Heri kepada NYCNews.id lewat sambungan telepon, Selasa (8/2) pagi.

Heri menjelaskan terdapat kolam penampungan air dan pompa air di sistem polder itu. Keduanya berfungsi menampung dan mengeluarkan debit air berlebih di darat, untuk didistribusikan ke laut.

Sistem polder dinilai penting lantaran bertujuan mengeluarkan sisa air hujan ke lautan jika pesisir sudah dibangun tanggul.

“Itu teknologi yang sudah menjadi rumus internasional yaitu tanggul dengan sistem polder,” tuturnya.

Kurangi ekspoitasi air tanah

Heri menilai pembuatan tanggul dan polder hanya salah satu teknologi yang bisa menanggulangi Jakarta tenggelam. Ia menilai manajemen eksploitasi air tanah juga harus diperhatikan.

Ia mengatakan jika mau mengurangi eksploitasi air tanah tentunya harus disediakan sumber air lainnya, yaitu dengan menyediakan teknologi sumber air lain.

Di antaranya pipanisasi atau distribusi air bukan dari Jakarta, desalinasi air atau teknologi mengubah air asin menjadi air tawar, teknik pemanenan air hujan atau water harvesting, dan teknologi mendaur ulang air atau water recycling.

Selain itu ada pula teknologi canggih menginjeksi air ke tanah atau disebut artificial recharge.

Teknologi artificial recharge itu, kata Heri, harus disemprotkan ke tanah dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Hal itu untuk menggantikan eksploitasi air tanah yang saat ini banyak digunakan masyarakat ibu kota.

“Jadi kalau air diserapkan itu harus ke sumber air yang dalam, berarti kita harus mengembalikan air dengan menginjeksi tempat sumber air yang dalam itu,” tuturnya.

Ia menilai pembuatan sumur resapan Jakarta yang memiliki kedalaman tak kurang dari 40 meter itu bukan bertujuan untuk mengendalikan tenggelamnya Jakarta, karena air hanya ditampung pada air tanah dangkal.

“Bukan buat sumur resapan. Jadi Misalnya sumur resapan untuk mencegah jakarta tenggelam, yaitu tidak tepat karena sumur resapan ke sumur air dangkal kan,” tuturnya.

Heri menjelaskan dengan dibuatnya ekosistem teknologi seperti tanggul pesisir dan sederet teknologi pemurnian air itu, ia memprediksi butuh waktu 10 hingga 15 tahun untuk menormalkan kembali pesisir.

Dengan begitu, Jakarta akan selamat dari tenggelam pada 2030. Sedangkan pemodelan Jakarta tenggelam berpotensi terjadi pada 2050.

“Jadi masih ada waktu kalau melihat dari on going prosesnya Jakarta itu risiko tenggelam ada tetapi tidak akan kejadian,” katanya.

Ia menilai saat ini penanggulangan Jakarta tenggelam sudah nampak meski tertatih-tatih. Beberapa pesisir di Jakarta sudah dibangun tanggul meski belum ada sistem sirkulasi air yang mumpuni.

About Author

Pos terkait