Tangerang Selatan, NYCnews.com – SMA Negeri 4 Tangerang Selatan banjir selama tujuh hari berturut-turut sejak Kamis (2/6). Banjir dilaporkan sempat mencapai setinggi 50 sentimeter.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat Ibni Afan mengatakan banjir terjadi sejak Kamis sore akibat hujan. Bangunan sekolah yang berada di area cekungan disebut memicu air mengalir ke sekolah.
“Banjir yang terakhir ini mulai hari Kamis sore. [Karena] air hujan sih. Jadi kita itu kan ada di tengah cekungan ya dan sumber air hujan kan dari atas. Itu kan posisi kita ada di bawah,” kata Afan saat ditemui wartawan, Selasa (7/6).
Afan mengatakan banjir juga disebabkan oleh tingginya debit air dari Situ Rawa Badak. Diketahui, saluran air SMAN 4 Tangsel mengalir ke Situ Rawa Badak. Sementara penampungan air tersebut kini dipenuhi sampah.
“Dari Situ Rawa Badak mengalir itu ada saluran air, pembuangan. Rupanya disitu ada hambatan lah, biasa. Namanya air atau got kadang-kadang mampet dan sebagainya,” ujar Afan.
“Plus satu lagi, mungkin ada sedimentasi dari Situ Rawa Badak itu sendiri,” imbuhnya.
Terdapat tumpukan sampah hingga puing-puing bangunan tepat di sekitar Situ Rawa Badak. Tumpukan sampah itu berada di sebelah sekolah dan menutupi sebagian wilayah resapan air.
Menurut Afan, sampah-sampah tersebut juga ikut andil dalam menghambat saluran air sekolah.
Meski begitu, banjir disebut tak sampai memasuki ruangan kelas. Banjir hanya menggenangi halaman sekolah, khususnya lapangan upacara.
Per hari ini, Afan menyampaikan air sudah mulai surut. Air diperkirakan surut menjadi setinggi 30-40 sentimeter.
“Kemarin permukaan yang terdalam itu sekitar ada 50 sentimeter. Sekarang sudah mulai surut. Sudah surut sekitar 30-40 sentimeter,” tuturnya.
SMAN 4 Tangsel merupakan salah satu sekolah favorit di wilayah Tangerang Selatan.
Sekolah pernah menerima penghargaan Adiwiyata dari Kemententerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Afan mengatakan penghargaan lingkungan itu diterima pada 2014.
“[Tahun] 2014 itu kita nerima piagam Adiwiyata. Tahu ya, Adiwiyata itu adalah suatu prestise tentang lingkungan dan itu (skala) nasional. Kita nerima piagam dari Kementerian LHK,” tuturnya.
Meski sering terendam banjir, Afan mengaku tak khawatir nilai sekolah akan menurun di mata masyarakat. Menurutnya, dengan status negeri yang disandang, masyarakat tetap akan menilai baik SMAN 4 Tangsel.
“Kondisi banjir enggak banjir sekolah itu apa? Yang penting negeri kata masyarakat sini. Karena identik kalau negeri itu gratis. Ya tetep kita dari animo masyarakat ya tetep favorit,” ungkapnya.
Surati Dinas Terkait
Afan mengaku telah menyurati sejumlah dinas terkait demi mengatasi banjir di sekolah. Ia mengatkan sudah bersurat dengan RT, RW, Kelurahan, hingga Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD).
“Kita sudah bersurat ya dengan pihak-pihak terkait mulai dari lingkungan dulu, dari RT, RW kelurahan, kemudian ke tingkat kecamatan juga, kemudian ke bagian PU (Tangsel) kita sudah bersurat juga, kemudian ada BLHD juga,” ungkapnya.
Menurut Afan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) juga telah mengunjungi sekolah dan melakukan pemetaan.
Di samping itu, Afan juga mengaku telah dibantu Satpol PP untuk melakukan penyedotan air. Namun, upaya tersebut tetap tak membuahkan hasil. Sebab, air dari Situ kembali mengalir ke sekolah.
“Satpol PP iya bantu datang, udah bawa alat. Tapi itu tadi setelah di lapangan, udah kita sedot ke sini ya percuma (balik lagi airnya). Akhirnya enggak jadi. Tapi alat udah siap,” katanya.
Afan pun mengatakan akan segera berdiskusi dengan dinas-dinas terkait mengenai hal ini. Nantinya, dalam diskusi itu akan membahas solusi menangani banjir seperti dengan dilakukan pengerukan.
“Bisa jadi mungkin diadakan pengerukan, diperdalam. Itu kan semakin dangkal, semakin dangkal, terus volume air yang ditampung di situ kan semakin banyak, nah mungkin nanti ada pengerukan. Kita bentuknya gimana? Nanti dalam mediasi dinas mana yang eksekusi ya kita tinggal tunggu,” jelasnya.