PDIP Respons Maaf Jokowi: Kalau Cuma Kata-kata Tidak Ada Artinya

Ketua DPP PDIP Deddy Yevry Sitorus menganggap permintaan maaf Presiden Jokowi tak berarti jika hanya sekadar kata-kata. (Arsip Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jurnal NYC | Sayyid Daffa

Jakarta, NYCNews.id – Ketua DPP PDIP Deddy Yevry Sitorus menganggap permintaan maaf Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak berarti jika hanya sekadar kata-kata.

Menurutnya, Jokowi selama ini terlalu sering tak konsisten antara ucapan dan sikap. Karena itu, menurut dia, sulit mempercayai ucapan Jokowi.

Bacaan Lainnya

“Kalau cuma kata-kata saya kira tidak ada artinya. Sebab beliau sudah terlalu sering mengatakan utara tapi perginya ke selatan. Bilang tidak tetapi ternyata iya. Jadi susah memegang kata-kata Pak Jokowi,” kata Deddy saat dihubungi, Jumat (2/8).

Dedy berpendapat, jika serius meminta maaf, Jokowi bisa menggunakan sisa masa jabatan untuk menarik dan menghentikan kebijakan yang tidak pro masyarakat. Contohnya, penggunaan aparatur negara untuk ambisi politik.

Ia pun menyoroti sejumlah aturan mulai dari RUU TNI, RUU Polri, RUU Dewan Pertimbangan Agung (DPA) atau Wantimpres, kenaikan uang kuliah tunggal (UKT), hingga konsesi tanah hingga 190 tahun.

“Silakan ditarik atau ditolak usulan menghidupkan kembali DPA, revisi UU TNI-Polri, aturan konsesi tanah 190 tahun yang menabrak UU. Batalkan itu TAPERA, kenaikan pajak dan biaya UKT,” kata Dedi.

“Setop semua regulasi asal-asalan yang hanya akan jadi beban pemerintah berikutnya. Kalau itu semua tidak dilakukan, anggap saja Pak Jokowi sedang main sandiwara dan omon-omon doang,” imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang ia lakukan selama menjabat sebagai presiden. Hal itu dia ungkap dalam acara zikir dan doa kebangsaan di Istana Merdeka. Jokowi mengatakan dirinya hanyalah seorang manusia dan tak luput dari kesalahan.

“Dalam kesempatan yang baik ini, di hari pertama bulan kemerdekaan, bulan Agustus, dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Profesor K.H. Ma’ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/8).

About Author

Pos terkait