Jurnal NYCNews | Ibnu Sayyid Daffa
Makassar, NYCNews.id – Banjir sudah mengepung Makassar, Sulawesi Selatan sejak bulan November 2022. Namun hingga Februari 2023, banjir di beberapa titik tak kunjung surut.
Pada bulan November lokasi banjir berada di Kecamatan Biringkanaya dan Manggala dengan ketinggian air yang mencapai satu meter.
Kemudian curah hujan dengan intensitas tinggi kembali mengguyur Kota Makassar pada pengujung tahun 2022 membuat banjir tidak kunjung surut. Sebanyak 15 kelurahan yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dikepung banjir hingga mengakibatkan 2.646 rumah warga tergenang air dan 6.644 jiwa terdampak.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar tercatat tiga kecamatan yang terdampak banjir yakni, Kecamatan Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea. Namun, daerah terparah banjir Manggala dan Biringkanaya. Imbasnya 600 jiwa lebih mengungsi.
Banjir kemudian meluas ke Kecamatan Panakukkang dan mengepung 19 kelurahan. Sebanyak 1.700 warga lebih tercatat memilih mengungsi di akhirnya Desember 2022.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyebut banjir yang melanda diakibatkan oleh saluran air di perumahan yang sudah tidak layak.
“Jadi banjir Makassar ini kan kronis. Kenapa kronis, karena berulang-ulang (terjadi) di tempat yang sama, kalau kita melihat lebih dalam lagi, maka sebenarnya itu tempat air tidak layak untuk dibuat tempat perumahan,” kata Danny sapaan akrabnya dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (29/12) lalu.
Ia mengakui ada dua titik lokasi banjir terparah di Makassar yakni, Biringkanaya dan Manggala. Ia mendesak pengembang perumahan untuk ikut bertanggungjawab atas banjir di pemukiman warga seperti yang dialami warga blok 8 dan 10 di Komplek Perumahan Nasional (Perumnas) Antang, Kecamatan Manggala.
“Saya minta developer ikut bertanggungjawab. Jadi makanya saya mengkampanyekan ke masyarakat jangan beli rumah di tempat air,” ungkapnya.
Ia berjanji akan mengawasi developer perumahan agar tidak membangun perumahan di kawasan jalur air mengalir. Kala itu, Danny juga berjanji membuat Satuan Tugas (Satgas) Lingkungan sehingga banjir di pemukiman warga tidak lagi terjadi.
Banjir Februari paling parah
Hanya berselang sebulan surut, Makassar kembali dikepung banjir Februari 2023. Banjir kali ini cukup parah. Pasalnya hampir seluruh wilayah di Makassar tergenang air yang disebabkan pasang air laut setelah diguyur hujan deras dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 2 meter.
Bahkan, titik aman dari banjir seperti di Jalan Nusantara, Jalan Penghibur, Jalan Arief Rate, Jalan AP Pettarani dan Jalan Balaikota ikut juga terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1 meter. Pengendara pun mengeluh tidak dapat melalui jalur tersebut.
“Makassar hari ini mengalami musibah banjir, itu bukan hanya di pinggir kota, tapi di tengah kota. Ini disebabkan hujan lebat hingga sore hari yang disebabkan air pasang yang akan terjadi sebanyak dua kali,” kata Danny , Senin (13/2).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrim di Sulsel mulai 12 hingga 16 Februari.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar pertanggal Senin (13/2) pukul 20.00 WITA, delapan kecamatan terdampak banjir yakni, Kecamatan Manggala, Mamajang, Ujung Pandang, Makassar, Tamalanrea, Biringkanaya, Rappocini dan Kecamatan Tallo.
Kali ini jumlah pengungsi meningkat menjadi 2.929 jiwa. Data BPBD Makassar tanggal 14 Februari 2023, tercatat jumlah kecamatan yang terdampak banjir tersisa 4 kecamatan yakni, Kecamatan Manggala, Biringkanaya, Tamalate dan Rappocini dengan total kelurahan sebanyak 14 kelurahan.
Sementara itu, ada 28 titik pengungsian yang tersebar di empat kecamatan yang terdampak.
Terbaru, lokasi yang paling parah terpantau di Kecamatan Manggala yang berada di blok 8 dan 10 Kompleks Perumnas Antang dan Kecamatan Biringkanaya yang berada di Kompleks Kodam 3.
“Kondisi banjir saat ini masih ada yang mencapai 1 meter lebih lokasinya itu di blok 8, 10 dan Kodam 3. Ini merupakan langganan (banjir),” kata Kepala BPBD Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (17/2).
Banjir yang masih terjadi di wilayah tersebut, jelas Hendra, karena pihak pengembang perumahan merubah lokasi itu yang seharusnya menjadi tempat penampungan air menjadi tempat hunian warga. Sehingga ketika masuk musim penghujan akan terjadi banjir dengan ketinggian air antara 1 meter hingga 2 meter.