Jakarta — Instagram tengah menguji coba fitur yang memungkinkan platform-nya untuk melakukan verifikasi umur pengguna. Namun, masih ada pertanyaan dalam hal akurasi dan privasi.
Pada Kamis (23/6), anak perusahaan Meta ini mengatakan pihaknya tengah menguji dua cara baru untuk verifikasi umur penggunanya. Salah satunya adalah memungkinkan pengguna untuk mengunggah bukti identitas mereka.
Dengan adanya verifikasi umur ini, Meta menyebut perusahaannya dapat memberikan pengalaman yang disesuaikan dengan umur pengguna tersebut.
“Ketika kami mengetahui jika seseorang masih remaja (13-17 tahun), kami memberi mereka pengalaman yang sesuai dengan usia seperti memasukkan mereka ke akun pribadi, mencegah kontak yang tidak diinginkan dari orang dewasa yang tidak mereka kenal dan membatasi opsi yang dimiliki pengiklan untuk menjangkau mereka, dengan iklan,” kata Erica Finkle, direktur tata kelola data di Meta dalam sebuah posting blog, seperti dikutip CNN.
Instagram mengaku bermitra dengan Yoti, sebuah perusahaan berbasis di London, Inggris, yang memiliki spesialisasi dalam verifikasi usia online, untuk menyediakan kecerdasan artifisial (AI) sekaligus memastikan privasi pengguna.
Mekanismenya, pengguna mengunggah video selfie untuk memverifikasi usia mereka. Teknologi Yoti memperkirakan usia mereka berdasarkan fitur wajah. Instagram mengklaim Meta dan Yoti akan menghapus gambar setelah usia pengguna berhasil diverifikasi.
Opsi lain yang dilakukan untuk melakukan verifikasi adalah dengan memilih tiga pengikut bersama untuk mengonfirmasi usia pengguna, dan orang yang melakukan verifikasi pengguna tersebut harus berusia minimal 18 tahun.
Akurasi dan Privasi
Sebuah video animasi yang diunggah Instagram di blognya memberikan gambaran tentang cara kerja perkiraan usia AI Yoti: Seorang pengguna diarahkan untuk mengambil video selfie di ponsel cerdas mereka.
Instagram membagikan gambar dari selfie itu dengan perusahaan. AI Yoti pertama-tama mendeteksi bahwa ada wajah dalam gambar dan kemudian meneliti fitur wajahnya untuk menentukan usia orang tersebut.
Julie Dawson, kepala kebijakan dan regulasi Yoti, mengatakan AI pihaknya dilatih dengan kumpulan data yang terdiri dari gambar wajah orang-orang bersama dengan tahun dan bulan kelahiran orang tersebut.
“Ketika wajah baru muncul, ia melakukan analisis tingkat piksel dari wajah itu dan kemudian mengeluarkan angka, perkiraan usia dengan nilai kepercayaan,” kata Dawson. Setelah estimasi selesai, Yoti dan Instagram menghapus video dan gambar selfie.
Profesor di University of North Carolina Wilmington dan direktur sekolah Face Aging Group Research Lab, Karl Ricanek, berpendapat bahwa teknologi Yoti “adalah upaya yang berharga untuk mencoba dan melindungi anak-anak,” katanya.
Namun, katanya, sejumlah faktor dapat mempersulit akurasi dalam memperkirakan usia berdasarkan gambar, termasuk pubertas yang mengubah struktur wajah seseorang, serta warna kulit, dan jenis kelamin.
Dokumentasi terbaru dari Yoti menunjukkan bahwa teknologinya rata-rata agak kurang akurat dalam memperkirakan usia anak-anak yang berusia antara 13 hingga 17 tahun; memiliki warna kulit lebih gelap dibandingkan dengan mereka yang memiliki warna kulit lebih terang.
Menurut data Yoti, perkiraan usianya turun rata-rata 1,91 tahun untuk perempuan berusia 13 hingga 17 tahun yang warna kulitnya dikategorikan sebagai dua warna paling gelap pada skala Fitzpatrick (skala enam warna yang biasa digunakan oleh perusahaan teknologi untuk mengklasifikasikan warna kulit).
Sementara, kesalahan perkiraan untuk wanita dalam kelompok usia yang sama dengan dua jenis warna kulit paling terang pada skala itu adalah rata-rata 1,41 tahun.
Selain itu, akurasi anak-anak berusia antara 13 hingga 17 tahun turun rata-rata 1,56 tahun. Untuk remaja secara keseluruhan, menurut dokumen itu, tingkat kesalahan rata-rata adalah 1,52 tahun.
Luke Stark, asisten profesor di Western University di Ontario, Kanada, yang mempelajari implikasi etis dan sosial dari AI, mengatakan pada praktiknya akan banyak kesalahan perkiraan usia dengan AI ini.
“Kami masih mengambil tentang kesalahan absolut rata-rata, bagaimanapun, dari satu tahun hingga satu setengah tahun,” kata dia.
Di luar itu, Stark khawatir teknologi ini akan berkontribusi pada masalah privasi yang disebut “surveillance creep.”
“Ini tentu bermasalah, karena mengkondisikan orang untuk berasumsi bahwa mereka akan diawasi dan dinilai,” katanya.
Fitur ini sendiri diuji Instagram menyusul batalnya peluncuran Instagram Kids tahun lalu usai menerima kritik.
Instagram Kids disebut-sebut membutuhkan izin orang tua untuk bergabung. Fitur ini akan menyediakan konten bebas iklan dan sesuai usia pengguna, tetapi anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan kelompok advokasi mendesak perusahaan untuk membatalkan rencana peluncurannya dengan alasan masalah keamanan.
(dikutip:www.cnnindonesia.com/pa/nycnews)