Jakarta, NYCNews.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan teroris saat ini menggunakan strategi baru dengan cara bersembunyi di partai, ormas Islam, maupun lembaga negara.
Menurut Irfan, meskipun kelompok teroris kerap menyatakan anti-demokrasi, sebenarnya mereka juga menerapkan sistem tersebut untuk menguasai lembaga secara formal.
Irfan menjelaskan perubahan strategi kelompok teroris ini terjadi sejak pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi menyebarkan seruan agar pengikutnya, yang terdiri dari simpatisan, militan, pendukung, dan kelompok inti tidak mesti datang ke Suriah.
Atas dasar seruan itu, mulanya kelompok teroris berencana membuat wilayah Poso, Sulawesi Tengah sebagai pusat aksi. Namun, rencana ini terkendala kematian pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT), salah satu organisasi pendukung ISIS dieksekusi aparat.
“Ini perubahan strategi mereka setelah Abu Bakar Al Bagdhadi mengumandangkan, menginstruksikan… untuk melakukan pola jangan semuanya harus ke Suriah,” ujar Irfan.
Irfan mengingatkan dengan menyebut keberadaan teroris di suatu partai maupun Ormas, BNPT tidak bermaksud menuding lembaga tersebut sebagai organisasi teroris. Ia meminta agar lembaga-lembaga tersebut berhati-hati.
Menurutnya, saat menyusup ke partai ormas, maupun suatu lembaga negara, teroris tidak langsung melancarkan aksi. Di perguruan tinggi misalnya, ia melakukan langkah demi langkah untuk menguasai lembaga itu.
“Tidak langsung melakukan aksi di pendidikan tinggi tapi melakukan proses-proses awal, misalnya pengajian, dengan sangat disayangkan,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam beberapa bulan Densus 88 menangkap sejumlah terduga teroris. Sebagian dari mereka merupakan anggota partai seperti Partai Dakwah dan Partai Ummat. Selain itu, mereka juga tercatat sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI).