Jurnal NYCNews | Kiamat Nuklir
Jakarta, NYCNews.id – Perang antara Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan ‘kiamat’ nuklir yang berdampak pada miliaran korban jiwa.
Sebelumnya pada Senin (28/2), Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi status siaga tempur dari unit darat yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua serta kapal dari Armada Utara dan Pasifik.
Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menempatkan pasukan pencegah nuklir negaranya dalam status siaga ‘khusus’ pada Minggu (27/2).
Perang yang kian memanas antara Rusia dan Ukraina menimbulkan kekhawatiran para pemimpin dunia. Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah konflik meningkat menjadi perang nuklir jika negara barat membantu Ukraina secara militer.
Para ahli mengatakan bahkan perang nuklir dalam lingkup ‘terbatas’ mampu menyebabkan ‘kiamat’ nuklir yang dapat membunuh miliaran orang.
Selain itu, ‘kiamat’ nuklir yang lebih dikenal dengan nama ‘nuclear winter’ juga dapat menyebabkan perubahan iklim dan penyakit yang akan menyusul, sehingga dapat membunuh lebih banyak korban.
Dilansir dari Weather, Nuclear Winter mengacu pada fenomena yang menggambarkan dampak iklim jangka pendek dan jangka panjang dari perang atom.
Dalam teori tersebut digambarkan lebih banyak orang mati karena dampak jangka panjang daripada korban langsung di negara-negara yang berperang.
Sebuah studi pada 2014 menunjukkan perang nuklir dalam lingkup terbatas akan mengeluarkan asap yang dapat menghalangi sinar Matahari. Hal tersebut akan membuat Bumi mengalami suhu terdingin sejak zaman es terakhir.
Kemudian saat asap bertahan selama bertahun-tahun di stratosfer, suhu permukaan tidak akan berubah selama lebih dari 25 tahun. Hal ini terjadi karena inersia termal dari pendinginan air laut dan pantulan sinar Matahari kembali ke angkasa oleh es laut yang meluas.
Efek dari winter nuclear akan mirip dengan yang terjadi setelah letusan gunung berapi Tambora pada 1815 di Indonesia. Saat itu letusan gunung berapi memicu ‘Tahun Tanpa Musim Panas’ yang terkenal pada 1816 di Belahan Bumi Utara.
Pada periode tersebut, embun beku mengganggu pertanian meski musim panas di New England. Kemudian cuaca yang sangat dingin dan basah di Eropa memicu kegagalan panen yang meluas, mengakibatkan kelaparan dan keruntuhan ekonomi.
Sementara efek ‘musim dingin’ dari letusan itu hanya berlangsung sekitar satu tahun, ‘kiamat’ nuklir dalam lingkup kecil akan menyebabkan 5 hingga 10 tahun berturut-turut ‘Tahun Tanpa Musim Panas’ dan lebih dari satu dekade hasil panen berkurang secara signifikan.